Santo Pius X

Tanggal 21 Agustus merupakan hari yang sungguh istimewa bagi  SD dan SMP Pius Pekalongan serta SD Pius Purbalingga. Tanggal 21 Agustus, oleh gereja ditetapkan sebagai Hari Raya Santo Pius X sekaligus Pelindung sekolah- sekolah kita yang bernaung di bawah lindungan Santo Pius. Hal menarik ketika kita mengingat tentang tokoh spiritual, kita akan mengenang kembali nilai-nilai kebaikan yang dibawakan oleh tokoh ini. Santo Pius X adalah seorang yang sederhana, bahkan dalam surat wasiatnya ketika beliau akan wafat menuliskan, : “Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin, saya berharap mati miskin.” Bukanlah suatu yang hina, bukan juga tidak ada semangat untuk hidup baru, tetapi semangat berbela rasa kepada yang lemah, miskin dan tersingkir menjadi nafas hidupnya serta memperjuangkan hidup yang sungguh beriman. Santo Pius telah mewarisi nilai kehidupan yang sangat berhargabagi kita keluarga besar SD dan SMP PIUS baik yang di Pekalongan maupun yang di Purbalingga, yakni  nilai hidup sederhana, sikap hormat dan peduli pada sesama.

Salah satu senjata untuk dapat menaklukkan semangat atau gairah jaman ini adalah bersedia hidup dalam semangat kesederhanaan. Hidup dalam semangat kesederhanaan bukan berarti tidak memakai perhiasan, pakaian, dan fasilitas lain yang baik. Kita harus bisa membedakan antara berpenampilan baik untuk menjadi berkat, dengan berpenampilan untuk memperoleh penilaian dari sesama demi harga diri atau nilai diri.

Sesungguhnya, semangat kesederhanaan dimulai dari sikap hati, yaitu sikap hati tidak mencari hormat atau penilaian manusia. Orang yang memiliki sikap hati yang sederhana tidak pernah merasa dirinya berharga dengan fasilitas yang menempel di tubuhnya atau segala sesuatu yang dimilikinya. Walaupun manusia di sekitarnya menghormati dirinya, tetapi ia tidak merasa bahwa hal itu merupakan nilai lebih dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian? Sebab ia tidak mencari dan mengharapkan hormat dari manusia, tetapi dari Allah. Satu hal yang sangat prinsip,dan harus juga menjadi prinsip hidup kita bahwa kita tidak boleh mencari dan mengharapkan hormat dari manusia.

Kita harus menyadari bahwa segala keinginan manusia akan berakhir sia-sia. Apa pun yang kita ingini yang bukan berasal dari Allah, suatu hari nanti akan berakhir dan lenyap, tiada bekas dalam kebinasaan. Oleh sebab itu kita tidak boleh dikuasai oleh suatu keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Kita harus mengerti bahwa singkatnya hidup di dunia ini adalah kesempatan untuk dapat mengubah kodrat diri. Dari kodrat manusia menjadi kodrat ilahi. Di sinilah sebenarnya letak nilai diri kita sebagai anak-anak Allah. Manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang memiliki kesadaran mengenai nilai diri. Manusia adalah makhluk yang diciptakanTuhan dengan nilai diri yang sangat luar biasa, sebab manusia diciptakan serupa dengan Allah. Di sinilah letak kemuliaannya. Dengan demikian inti nilai diri manusia terletak pada keberadaannya yang serupa dengan Allah, bukan pada hal-hal duniawi seperti yang ada di pikiran banyak orang.

Marilah kita hidup sederhana, seperti yang telah diteladankan oleh Santo Pius X yang tidak menganggap segala sesuatu yang ia punyai menjadi milik Tuhan, dalam hal ini kita diajak untuk mau hormat, peduli dan rela berbagi kepada saudara dan saudari kita yang menderita, berkekurangan, dan tidak memiliki kesempatan seperti kita. Mulai dari teman-teman kita, orang-orang disekitar kita. Bantuan tidak harus berwujud materi atau barang-barang duniawi, akan tetapi dapat pula berupa nilai-nilai kebajikan, ilmu pengetahuan yang sungguh agung dan bermanfaat untuk perkembangan hidup bersama dan demi kemuliaan Tuhan. Salam SOLIDEO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *